Serangkaian perjalanan Indonesia dari
sebelum mencapai kemerdekaan, kemerdekaan hingga setelah kemerdekaan
diwarnai dengan berbagai ideologi-idelogi. Berbagai ideologi berkembang
dalam kehidupan di Indonesia. Beberapa ideologi yang pernah mewarnai
Indonesia diantaranya sosialisme, marxisme, nasionalisme,
tradisionalisme jawa, Islamisme dan lain sebagainya. Berikut penulis
akan menjalaskan ideologi apa saja yang berkembang di Indonesia,
bagaimana variasi dan konfigurasinya serta perkembangan kontemporernya.
Adanya berbagai macam
ideologi yang terdapat di Indonesia berasal dari para cendekiawan. Pada
tahun 1900an para cendekiawan yang belajar di berbagai negara
telahdipengaruhi oleh berbagai macam ideologi. Cendekiawan merupakan
tokoh utama dalam pergerakan-pergerakan yang memperlihatkan hubungan
antara politik dengan ideologinya. Di Indonesia terdapat tiga jangka
waktu tentang pembagian masa ideologi yaitu revolusi bersenjata pada
Agustus 1945, masa ‘Liberal’ Desember 1949 yang berlangsung hingga
1958-1959, serta masa Demokrasi Terpimpin sampai pada tahun 1965 (Feith,
1988;liii). Pada masa sebelum hingga awal kemerdekaan terdapat tiga
ideologi yang ada di Indonesia. Soekarno dalam “Nasionalisme, Islamisme
dan Marxisme”, dalam Dibawah Bendera Revolusi (1964) mengatakan tentang
ideologi nasionalisme, islamisme serta marxisme di Indonesia yang
menjadi ideologi utama yang membawahi organisasi politik di Indonesia.
Ketiganya walaupun saling berkontradiksi namun masing-masing memiliki
pandangan tersendiri yang mengarah pada satu tujuan yaitu persatuan.
Ideologi-ideologi kemudian
mulai berkembang sekitar tahun 1950an ketika ideologi mulai terlihat
mencolok sebagai ideologi sebuah partai. Terdapat lima aliran dalam
pemikiran politik yang terkait dengan adanya epat partai politik yaitu
nasionalisme radikal, tradisionalisme jawa, islam, sosialisme demokratis
dan komunisme (Feith, 1988;liiv). Pada masa demokrasi terpimpin
terdapat koalisi partai yang disebut dengan NASAKOM yang terdiri dari
nasionalis, agama dan komunis. Koalisi tersebut di tentang oleh partai
lain yang berideologikan sosialis dan tradisionalis jawa. Ideologi
komunis saat itu lebih besar pengaruhnya karena banyak mengambil konsep
dari barat dan menyesuaikan dengan keadaan di Indonesia. Sedangkan
ideologi nasionalisme radikal dapat memeprsatukan rakyat karena konsep
persatuan yang dijunjung tinggi. Ideologi tradisionalisme jawa yang
tidak banyak diketahui, pada kenyataannya juga memiliki peran penting
dan berpengaruh dalam perkembangan ideologi di Indonesia.
Adanya sifat ideologis dalam
politik Indonesia memiliki keterkaitan pula dengan sifat khas
Indonesia. Pertama adalah pemikiran yang bersifat moralis, yaitu
cenederung menyoroti kekuatan dan kelemahan moralitas dalma pemikiran
politiknya. Kedua adalah pemikir-pemikir politik cenderung untuk tidak
melihat fakta bahwa masyarakat terbagi dalam beberapa golongan yang
memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Terakhir adalah pemikiran
politik Indonesia umumnya bersifat optimis. Sifat khas tersebut
merupakan unsur-unsur yang dimiliki oleh Indonesia untuk menentukan
ideologi-ideologi dan bertahan dengan ideologi tersebut dan terserap
didalamnya ((Feith, 1988;lxiii).
Dari beberapa penjelasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa jika melihat perkembangan ideologi di
Indonesia tidak dapat lepas dari perkembangan sejarahnya. Tokoh politik
dan partai politik telah mengambil peran dalam menentukan adanya
ideologi-ideologi tersebut. Ideologi-ideologi yang ada di Indonesia
memang beragam namun ideologi-ideologi tersebut dapat menginspirasi
masyarakat Indonesia dalam menentukan ideologinya sendiri.
Referensi :
Feith, Herbert dan L. Castles. ed. 1988. "Pengantar", dalam Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965, Jakarta: LP3ES , pp. xiI-Ixvii
Ir. Soekarno. 1964. "Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme", dalam Dibawah Bendera Revolusi, Jakarta: Departemen Penerangan , pp. 1-23
Categories:
Pengetahuan